Ciptakan Pelatihan Masyarakat Yang Lebih Bermasyarakat
Pelatihan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan yang dilaksanakan dalam PNPM Mandiri Pedesaan. Bahkan bisa dikatakan sebagai suatu kegiatan wajib untuk dilakukan program. Kegiatan pelatihan yang diberikan tersebut biasanya terwujud dalam bentuk In Service Training (IST) tidak jarang pula diberikan dalam bentuk On The Job Training (OJT).
Menjadi unik kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Pedesaan, karena orang-orang yang mengikuti pelatihan atau yang dalam istilah pendidikan disebut warga belajar berasal dari orang-orang dewasa yang tentunya sebelum mengikuti pelatihan telah memiliki beragam pengalaman dan pengetahuan. Lebih dari pada itu, terkadang antar sesama peserta pelatihan sendiri memiliki perbedaaan latar belakang yang sangat mencolok baik itu dari sisi taraf pendidikan, profesi, maupun jabatan.
Ada peserta pelatihan yang hanya berlatarbelakang pendidikan sekolah dasar tapi sebaliknya ada pula yang jenjang pendidikannya sarjana atau pasca sarjana. Begitu pula dari latar belakang pekerjaan, ada peserta yang kerjanya bertani/kebun tapi tidak jarang pula yang bekerja disektor formal dan sebagai profesional. Begitu pula halnya dalam hal jabatan. Menjadi unik kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Pedesaan, karena orang-orang yang mengikuti pelatihan atau yang dalam istilah pendidikan disebut warga belajar berasal dari orang-orang dewasa yang tentunya sebelum mengikuti pelatihan telah memiliki beragam pengalaman dan pengetahuan. Lebih dari pada itu, terkadang antar sesama peserta pelatihan sendiri memiliki perbedaaan latar belakang yang sangat mencolok baik itu dari sisi taraf pendidikan, profesi, maupun jabatan.
Perbedaan ini tentunya membawa pengaruh yang besar dalam berjalannya kegiatan pelatihan. Yang tentunya mengharuskan penyelenggara yang dalam hal ini fasilitator untuk pintar-pintar mencari cara atau metode sehingga kegiatan pelatihan tidak hanya bisa merangkul setiap perbedaan yang ada tapi juga bisa membuat kegiatan pelatihan lebih menarik bagi setiap peserta.
Banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan memberikan kepercayaan kepada masyarakat sendiri untuk menjadi narasumber/tenaga pelatih. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan cara ini diantaranya adalah, pertama, kegiatan pelatihan akan berlangsung lebih “membumi” karena narasumber sangat mengerti dengan karakter masing-masing peserta. Selain itu, adalah komunikasi antara peserta dengan narasumber berjalan efektif, karena memiliki kesamaan bahasa. Ada hal-hal yang ingin dicapai melalui materi pelatihan akan lebih gampang diserap oleh peserta karena dikomunikasikan dengan menggunakan bahasa/istilah lokal.
Kedua, jika narasumber yang dipilih dari masyarakat memiliki wibawa/kharisma yang besar ditengah masyarakat. Maka, setiap kata-kata yang disampaikannya akan didengar dan dijadikan patokan oleh peserta. Hal ini bisa terjadi karena salah satu ciri-ciri dari masyarakat desa adalah masih bersifat paternalistik. Ketiga, dari sisi pengkaderan maka melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga pelatih sama artinya dengan kita menciptakan kader pelatih bagi masyarakat.
Kecamatan mestong sebagai salah satu lokasi PNPM Mandiri Pedesaan selalu melibatkan tokoh masyarakat atau orang-orang yang memiliki kapasitas sebagai tenaga pelatih. Terutama terhadap materi pelatihan yang bersifat umum seperti pelatihan tim pemelihara, tim pemantau, KPMD, kades dan BPD. Terhadap materi yang bersifat teknis atau membutuhkan pengetahuan/keahlian khusus, maka tenaga pelatih difasilitasi hanya pada hal-hal umum seperti tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan dan durasi waktu yang dialokasikan, sedangkan untuk materi dan metode pembelajaran diserahkan langsung kepada narasumber untuk menyiapkannya.
Namun, tidak jarang pula sebagai salah satu upaya pengkaderan. Pelaku-pelaku ditingkat kecamatan ditugaskan untuk menjadi narasumber dalam suatu pelatihan. Tentunya untuk hal seperti ini dibutuhkan pendampingan yang ekstra, mulai dari menyusun materi hingga lesson plan sebagai pedoman bagi mereka dalam menyampaikan materi yang ditugaskan. Untuk tahap awal memang relatif merepotkan namun seiring berjalannya waktu kemampuan mereka menjadi tenaga pelatih mulai menampakkan hasil dan dinilai cukup memuaskan.
Fasilitator tidak dituntut menjadi orang yang serba tahu, tapi wajib menjadi orang yang serba bisa. Sehingga memaksakan diri untuk menjadi narasumber terhadap satu jenis materi pelatihan yang sudah jelas tidak dipahami karena butuh keterampilan dan pengetahuan khusus merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan.
0 komentar: