MENABUR BENIH - BENIH KEBAIKAN
Keberhasilan PNPM Mandiri Pedesaan dalam melaksanakan pola pembangunan partisipatif oleh banyak pihak bukan rahasia lagi. Setidaknya dari setiap kunjungan pejabat mulai dari level kabupaten hingga pusat memuji keberhasilan PNPM Mandiri Pedesaan dalam melaksanakan kegiatan terutama sarana prasarana dengan dana yang relatif kecil tapi kualitas terjamin.
Begitu pula dengan pengelolaan dana bergulir semacam SPP, tanpa jaminan tapi bisa minim tunggakan. Lantas apakah itu satu-satunya indikator keberhasilan?
Penting pula kiranya untuk menilai PNPM Mandiri Pedesaan dari sisi lain. Karena sebagai suatu program pemberdayaan tentunya misi besar yang dibawa PNPM Mandiri Pedesaan itu adalah bukan seberapa indah bangunan fisik yang dihasilkan atau seberapa kecil tunggakan dana bergulir yang bisa dicapai. Jauh dari pada itu, misi yang ingin dicapai adalah seberapa hebat pola pikir masyakarakat bisa dirobah.
Cerita-cerita ringan dari para pelaku ditingkat desa dalam setiap kesempatan setidaknya bisa memberikan gambaran awal akan hal itu. Beberapa pelaku-pelaku PNPM Mandiri Pedesaan khususnya di tingkat desa biasanya juga dipercaya masyarakat untuk memegang jabatan atau sebagai pengelola di program-program pembangunan sejenis lainnya.
Dari pengalaman sebagai pelaku di PNPM Mandiri Pedesaan dan juga sebagai pengurus di kegiatan-kegiatan lain, mereka tanpa sadar menyanjung dan respek terhadap setiap proses yang ada di PNPM Mandiri Pedesaan yang justru selama ini mereka anggap sangat berbelit-belit dan menyita banyak waktu dan tenaga. Mereka memuji keterbukaan dan nilai-nilai kejujuran yang dipegang teguh PNPM Mandiri Pedesaan, yang selama ini mereka nilai terlalu lebay, begitu pula dengan pola pendampingan yang diterapkan oleh PNPM Mandiri Pedesaan yang selama ini dikatakan seolah-olah tidak percaya dengan orang desa.
Suatu ketika salah seorang pengurus TPK bercerita mengenai pengalamannya menjadi pengurus disalah satu kegiatan pembangunan yang didanai oleh pihak lain, yang menurutnya terlalu banyak intervensi yang bersifat negatif seperti tidak ada keterbukaan dan penuh intrik dalam pengelolaan dana. Sehingga, membuat dirinya tidak nyaman bahkan sempat berfikir untuk mengundurkan diri.
Tapi, berbekal pengalaman sebagai pengurus TPK di PNPM Mandiri Pedesaan dirinya tetap istikomah menjalankan apa yang diyakininya benar serta mengabaikan intervensi-intervensi negatif yang datang walaupun dengan begitu banyak ancaman yang didapatkannya mulai dari akan dipersulit penyaluran dana tahap berikutnya dan lain sebagainya. Berkat keteguhannya dalam memegang amanah akhirnya kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pada akhirnya juga bisa diselesaikan bahkan melebihi dari target yang telah direncanakan di dalam RAB seperti layaknya terjadi dalam pola pembangunan yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Pedesaan.
Lain halnya dengan pengalaman salah satu kader teknis, berbekal pengetahuan yang didapatkannya dari beberapa kali mengikuti pelatihan yang dilaksanakan PNPM Mandiri Pedesaan. Suatu ketika desanya mendapatkan bantuan dana dari program sejenis, tahap demi tahap diikutinya hingga akhirnya ia dipilih oleh masyarakat desa sebagai tim pengelola.
Tapi, sebaliknya ia menolak permintaan masyarakat tersebut justru memilih untuk menjadi pihak yang akan memantau atau dalam PNPM Mandiri Pedesaan dikenal dengan Tim-18 (tim pemantau) hal ini dilakukannya karena ingin memastikan apakah kegiatan pembangunan yang dilaksanakan nantinya bisa berjalan dengan baik. Setelah melihat desain dan RAB dari apa yang akan dikerjakan dinilai olehnya banyak hal-hal yang tidak sesuai sehingga dirinya memberikan masukan bagi perbaikan meskipun masukannya tersebut terkadang sering membawa kepada perdebatan dengan pihak-pihak yang membuat desain dan RAB tersebut.
Bahkan tidak jarang guna memastikan kebenaran dari apa yang disampaikannya itu dirinya harus mengajak langsung orang-orang yang terlibat dalam penyusunan desain dan RAB untuk kembali ke lokasi dimana pembangunan akan dilakukan guna melakukan penghitungan dan survey secara detail.
Nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan sebenarnya sudah ada dan berkembang ditengah masyarakat.
Tinggal bagaimana potensi tersebut dieksplotasi secara mendalam sehingga tidak terkubur dalam kuatnya kecenderungan orang-orang untuk berbuat curang dan hal-hal negatif lainnya. Dari beberapa kutipan cerita diatas, bolehlah kiranya sedikit berbangga hati karena PNPM Mandiri Pedesaan tidak hanya bisa membangun fisik yang berkualitas dan mengelola dana bergulir dengan minim tunggakan tapi juga setidaknya telah berhasil membawa misi mulianya ditengah masyarakat yakni memunculkan nilai-nilai kebaikan yang ada.
Mengharapkan pelaku apalagi masyarakat desa secara umum untuk menghapal setiap alur tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan mungkin bukan persoalan gampang. Tapi, mengajak bagaimana bekerja dengan penuh kejujuran, dan menjunjung niali-nilai keterbukaan jauh lebih hebat dari apapun segalanya.
Begitu pula halnya dengan tujuan mengurangi angka kemiskinan yang ada didesa tentunya beban yang sangat berat untuk bisa dicapai, dibutuhkan waktu panjang dan keterlibatan banyak pihak.
Apalagi hanya dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Pedesaan tentu tak akan bisa. Tapi, tidakkah menularnya virus-virus kebaikan dan keterbukaan ditengah masyarakat merupakan langkah awal yang besar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera? Kiranya inilah sumbangan terbesar yang bisa diberikan oleh PNPM Mandiri Pedesaan dipenghujung jalan pelaksanaan program. Semoga... (FK/ Mestong)
Begitu pula dengan pengelolaan dana bergulir semacam SPP, tanpa jaminan tapi bisa minim tunggakan. Lantas apakah itu satu-satunya indikator keberhasilan?
Penting pula kiranya untuk menilai PNPM Mandiri Pedesaan dari sisi lain. Karena sebagai suatu program pemberdayaan tentunya misi besar yang dibawa PNPM Mandiri Pedesaan itu adalah bukan seberapa indah bangunan fisik yang dihasilkan atau seberapa kecil tunggakan dana bergulir yang bisa dicapai. Jauh dari pada itu, misi yang ingin dicapai adalah seberapa hebat pola pikir masyakarakat bisa dirobah.
Cerita-cerita ringan dari para pelaku ditingkat desa dalam setiap kesempatan setidaknya bisa memberikan gambaran awal akan hal itu. Beberapa pelaku-pelaku PNPM Mandiri Pedesaan khususnya di tingkat desa biasanya juga dipercaya masyarakat untuk memegang jabatan atau sebagai pengelola di program-program pembangunan sejenis lainnya.
Dari pengalaman sebagai pelaku di PNPM Mandiri Pedesaan dan juga sebagai pengurus di kegiatan-kegiatan lain, mereka tanpa sadar menyanjung dan respek terhadap setiap proses yang ada di PNPM Mandiri Pedesaan yang justru selama ini mereka anggap sangat berbelit-belit dan menyita banyak waktu dan tenaga. Mereka memuji keterbukaan dan nilai-nilai kejujuran yang dipegang teguh PNPM Mandiri Pedesaan, yang selama ini mereka nilai terlalu lebay, begitu pula dengan pola pendampingan yang diterapkan oleh PNPM Mandiri Pedesaan yang selama ini dikatakan seolah-olah tidak percaya dengan orang desa.
Suatu ketika salah seorang pengurus TPK bercerita mengenai pengalamannya menjadi pengurus disalah satu kegiatan pembangunan yang didanai oleh pihak lain, yang menurutnya terlalu banyak intervensi yang bersifat negatif seperti tidak ada keterbukaan dan penuh intrik dalam pengelolaan dana. Sehingga, membuat dirinya tidak nyaman bahkan sempat berfikir untuk mengundurkan diri.
Tapi, berbekal pengalaman sebagai pengurus TPK di PNPM Mandiri Pedesaan dirinya tetap istikomah menjalankan apa yang diyakininya benar serta mengabaikan intervensi-intervensi negatif yang datang walaupun dengan begitu banyak ancaman yang didapatkannya mulai dari akan dipersulit penyaluran dana tahap berikutnya dan lain sebagainya. Berkat keteguhannya dalam memegang amanah akhirnya kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pada akhirnya juga bisa diselesaikan bahkan melebihi dari target yang telah direncanakan di dalam RAB seperti layaknya terjadi dalam pola pembangunan yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Pedesaan.
Lain halnya dengan pengalaman salah satu kader teknis, berbekal pengetahuan yang didapatkannya dari beberapa kali mengikuti pelatihan yang dilaksanakan PNPM Mandiri Pedesaan. Suatu ketika desanya mendapatkan bantuan dana dari program sejenis, tahap demi tahap diikutinya hingga akhirnya ia dipilih oleh masyarakat desa sebagai tim pengelola.
Tapi, sebaliknya ia menolak permintaan masyarakat tersebut justru memilih untuk menjadi pihak yang akan memantau atau dalam PNPM Mandiri Pedesaan dikenal dengan Tim-18 (tim pemantau) hal ini dilakukannya karena ingin memastikan apakah kegiatan pembangunan yang dilaksanakan nantinya bisa berjalan dengan baik. Setelah melihat desain dan RAB dari apa yang akan dikerjakan dinilai olehnya banyak hal-hal yang tidak sesuai sehingga dirinya memberikan masukan bagi perbaikan meskipun masukannya tersebut terkadang sering membawa kepada perdebatan dengan pihak-pihak yang membuat desain dan RAB tersebut.
Bahkan tidak jarang guna memastikan kebenaran dari apa yang disampaikannya itu dirinya harus mengajak langsung orang-orang yang terlibat dalam penyusunan desain dan RAB untuk kembali ke lokasi dimana pembangunan akan dilakukan guna melakukan penghitungan dan survey secara detail.
Nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan sebenarnya sudah ada dan berkembang ditengah masyarakat.
Tinggal bagaimana potensi tersebut dieksplotasi secara mendalam sehingga tidak terkubur dalam kuatnya kecenderungan orang-orang untuk berbuat curang dan hal-hal negatif lainnya. Dari beberapa kutipan cerita diatas, bolehlah kiranya sedikit berbangga hati karena PNPM Mandiri Pedesaan tidak hanya bisa membangun fisik yang berkualitas dan mengelola dana bergulir dengan minim tunggakan tapi juga setidaknya telah berhasil membawa misi mulianya ditengah masyarakat yakni memunculkan nilai-nilai kebaikan yang ada.
Mengharapkan pelaku apalagi masyarakat desa secara umum untuk menghapal setiap alur tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan mungkin bukan persoalan gampang. Tapi, mengajak bagaimana bekerja dengan penuh kejujuran, dan menjunjung niali-nilai keterbukaan jauh lebih hebat dari apapun segalanya.
Begitu pula halnya dengan tujuan mengurangi angka kemiskinan yang ada didesa tentunya beban yang sangat berat untuk bisa dicapai, dibutuhkan waktu panjang dan keterlibatan banyak pihak.
Apalagi hanya dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Pedesaan tentu tak akan bisa. Tapi, tidakkah menularnya virus-virus kebaikan dan keterbukaan ditengah masyarakat merupakan langkah awal yang besar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera? Kiranya inilah sumbangan terbesar yang bisa diberikan oleh PNPM Mandiri Pedesaan dipenghujung jalan pelaksanaan program. Semoga... (FK/ Mestong)
0 komentar: